Eros
Ceritakanlah kembali padaku
bagaimana panahku berkhianat, menggores tangan yang telah lebih dulu menggenggam titah sang Bunda
bagaimana sebelumnya mata sepiku yang tak pernah bertaut pada raga mana pun, kini tengah bersaksi atas satu karya mulia milik surga, yang terlahir hanya dari rahim seorang mortal
Pun sadarku menahbiskan: memang Moirai telah menenun benang itu dengan nyata!
Dan dalam palung jiwamu, terkesiaplah
Karena sungguh diri yang lemah ini telah kalah
Psyche
Wahai putra berambut emas,
pada bahuku terpikul dosa, dalam darahku cemar menggelegak, kutuk Aphrodite mengintai setiap derap yang kuhentak, nestapa mengenaliku lewat nama,
lalu mengapa harus aku yang menjadi alasan terlukanya dirimu oleh panah asmara?
Wahai putra yang elok rupanya,
kau tahu suratan yang termaktub untukku tidak pernah mudah
Maka untuk seluruh renjanamu yang tak pernah mati, kutitipkan rindu di sela embusan angin barat Zephyrus
agar suatu hari dapat kita hirup layaknya udara di Padang Elysium